Tim PKM-RE UNSOED Ciptakan Coating Agent Konsorsium Mikroba Antagonis untuk Peningkatan Perlindungan dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max)
Kedelai merupakan komoditas yang memiliki peranan sangat sentral dalam ketahanan pangan nasional, mengingat biji kedelai banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan seperti tempe dan tahu. Produksi kedelai di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik mengalami fluktuatif, tetapi cenderung mengalami penurunan. Produksi kedelai di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2018 sebanyak 650 ton menjadi 215,019 ton pada tahun 2021. Salah satu penyebab penurunan produksi tersebut adalah permasalahan dalam penyimpanan benih sehingga benih menjadi rawan terserang patogen. Penanganan permasalahan tersebut pada saat ini kebanyakan menggunakan fungisida kimia sintetis, akan tetapi penggunaan fungisida kimia sintetis dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan karena dapat meninggalkan residu dalam tanah.
Berdasarkan permasalahan tersebut terbentuklah tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) yang diketuai oleh Ghani Husni Fata (A1D021105). Tim tersebut beranggotakan Nazzala Shafa Laksana (A1D020056), Rafiq Ridwansyah (A1D021015), Condro Buono (A1D020112) dan Dina Rahmawati (K1B021038) dibawah bimbingan Dr. Agus Riyanto, S.P., M.Si. Tim ini menciptakan inovasi berupa pembuatan fungisida hayati dengan formulasi coating pada benih.
Berikut merupakan hasil formulasi sebanyak 55 perlakuan yang terdiri dari 5 kontrol berupa fungisida metalaksil dan 50 formulasi konsorsium yang berupa PB, PR, PT, BR, BT, TR, PRB, PTR, TBR, dan PTBR. Kode T= Trichoderma harzianum, B= Bacillus subtilis, R= Rhizobium japonicum dan P= Pseudomonas fluorescens. Perlakuan kontrol menggunakan fungisida metalaksil dengan konsentrasi masing-masing 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8%. Formulasi fungisida hayati yang dibuat merupakan konsorsium mikroba Trichoderma harzianum, Bacillus subtilis, Rhizobium japonicum, dan Pseudomonas fluorescens dengan komposisi natrium alginat sebanyak 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%.
Penelitian yang dilakukan memliki berbagai tahapan, seperti pengambilan sampel tanah, isolasi mikroba antagonis, isolasi patogen tular benih, identifikasi mikroba, uji antagonis, uji kompatibilitas, pembuatan formulasi dan uji efektivitas formulasi.